by

Dinkes Kota Bogor Siapkan Skema Jika Terjadi Lonjakan Pasien Covid-19

-Daerah-943 views

Bogor,-Sorotperadilan.com l Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim melantik dr. Sri Nowo Retno, MARS sebagai Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor di Crisis Center, Jalan Raya Pajajaran, Kamis (9/4/2020).

Pelantikan tersebut harus dilakukan karena Dinas Kesehatan harus mampu menjadi leading sector dalam upaya percepatan penanganan Covid-19 di Kota Bogor.

Dalam sambutannya Dedie Rachim mengungkapkan, pelantikan Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor sudah mendapatkan rekomendasi Pemerintah Provinsi Jawa Barat. “Dengan segala keterbatasan, kemudian juga kita dalam rangka lebih mengefektifkan peran dari pada Dinkes, pada akhirnya diputuskan dengan cepat dan kami lantik. Hari ini kita laksanakan proses akhir dari rangkaian seleksi dan kemudian kita lakukan wawancara tahap akhir bersama Pak Wali juga lewat video conference,” ungkap Dedie.

“Selamat untuk dokter Sri Nowo Retno. Namun, bagi yang belum terpilih, saya pikir ini pengalaman baik. Bapak ibu sudah melalui tahapan dengan baik, hanya memang tentu ada pertimbangan-pertimbangan tertentu. Justru saya berharap para dokter ini bisa saling bahu membahu dalam suasana yang cukup berat. Dinkes harus bisa pemimpin dalam upaya kita memenangi ‘pertempuran’ ini,” tambahnya.

Dedie mengaku akhir-akhir ini kita semua harus dihadapkan suatu hal sangat berat dan belum pernah terjadi dalam sejarah modern setelah perang dunia kedua. “Dan situasi berat ini ternyata sampai juga ke Bogor. Hari-hari ke depan kita sedang berusaha untuk memproses PSBB, di mana pembatasan PSBB ini enam poin sudah kita laksanakan semua, mulai dari pembatasan belajar mengajar, pembatasan di sektor perdagangan dan swasta sudah kita lakukan, bahkan pembatasan di sektor spiritual keagaman kita sudah memberikan surat keputusan bersama tentang pelarangan melaksanakan peribadatan di tempat-tempat ibadah dengan menggantikan dengan ibadah di rumah. Tentu itu sangat berat,” jelasnya.

Situasi seperti itu, kata Dedie, harus dihadapi dengan ekstra serius. Dinas Kesehatan harus menjadi leader dan kemudian juga harus bisa mencarikan solusi-solusi terbaiknya.

“Dengan keterbatasan kita, kita berusaha dalam 25 hari terakhir, mencoba mengontrol, mencoba mencari solusi jangka pendek dan boleh dibilang semuanya dilaksanakan secara common sense, apa yang kita bisa lakukan ya kita lakukan selama itu masih di area kewenangan kita,” katanya.

“Kemudian dengan hadirnya dokter Retno, melaksanakan tugas sebagai Kadinkes, tentu saya berharap bisa lebih efektif.

Kepada Plt Kadinkes sebelumnya Pak Deni Mulyadi yang telah melaksanakan tugas secara luar biasa meskipun bertugas dalam hitungan hari tetapi paling tidak ada hal-hal yang sudah dicapai, seperti proses penganggaran penanganan Covid-19 ini,” terangnya.

Dedie berharap proses ini berlangsung dengan baik dan lancar supaya situasi bisa kembali normal. “Ini perjuangan yang luar biasa dan harus kita tuntaskan sampai situasinya membaik kembali. Mari kita teruskan semangat perjuangan ini, bantu RSUD yang selama ini juga saya lihat luar biasa, mudah-mudahan dengan kebersamaan bisa menjadi lebih ringan,” tandasnya.

Sementara itu, Sri Nowo Retno siap menjalankan tugas sebagai Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor yang baru dengan penuh amanah dan dedikasi tinggi. “Situasi memang dalam kondisi berat dan prihatin tetapi memang kita harus hadapi apalagi Dinkes tadi juga disampaikan Pak Wakil harus menjadi leading sector, terutama dalam hal menyiapkan fasilitas kesehatannya,” ungkap Retno.
Ia menambahkan, segala kemungkinan harus diantisipasi, terutama jika terjadi outbreak atau lonjakan kasus. “Kita harus bergerak cepat dengan kondisi keterbatasan. Saat ini RSUD Kota Bogor sudah ditunjuk menjadi RS rujukan Covid-19 oleh SK Gubernur tetapi memang kapasitasnya belum memenuhi. Jadi sekarang sedang disiapkan rencana kita ingin sentralisasi di RSUD untuk 120 tempat tidur yang kita siapkan dengan memanfaatkan satu gedung baru,” katanya.

Sentralisasi RSUD tersebut, lanjut Retno, membutuhkan proses karena harus menyiapkan sarana dan prasarana, terutama SDM. “SDM akan kita bantu dengan melibatkan dari SDM rumah sakit lain yang kita jadwalkan. Kemudian dari tenaga puskesmas yang biasanya di bertugas rawat inap tapi tidak aktif, mungkin akan disiapkan untuk membantu RSUD,” jelasnya.

Tidak hanya fasilitas layanan kesehatan, kata Retno, Dinkes juga akan menyiapkan tempat-tempat selain rumah sakit untuk merawat ODP atau PDP dengan gejala ringan. “Ketika nanti terjadi outbreak dan ternyata RSUD dan RS lain juga tidak mampu lagi menampung, kita juga harus sudah menyiapkan tempat-tempat di luar fasilitas layanan kesehatan untuk merawat ODP atau PDP dengan gejala ringan semacam ruang isolasi yang seperti wisma atlet. Jadi pasien-pasien kategori tersebut tidak harus dirawat di RS karena perawatannya tidak memerlukan ventilator dan sebagainya,” pungkasnya. (Felika)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed