by

Tgk.Raju, Waketum YKIM, “BREAKWATER BUSINESS, BUKAN SEKEDAR PEMECAH OMBAK”

Bogor,-Sorotperadilan.com l Adzan Isha baru saja berkumandang (Kamis, 14/5), saya dan Wawan Kurniawan, Kord.Wartawan Kota Bogor sudah standby menanti conference-phone dengan Tgk.Raju, Waketum Yayasan Kerja Indonesia Maju (YKIM). Dan benar saja tidak lama kami pun sudah tersambung melalui seluler masing-masing, conference-phone di POS Pasar Kota Bogor salah satu tempat ‘nongki favorit kami.Ahahah.

Malam ini kami sepakat diskusi tentang Breakwater Business & ‘Solution. ‘Ngeri.

Berikut catatan diskusi kami:

1.Indonesia memiliki sekitar 17.500 pulau, bergaris pantai sepanjang 81.000 km. Sekitar 62% luas wilayah Indonesia adalah laut dan perairan, hal ini dikonfirmasi dari data KKP, luas wilayah daratan sebesar 1,91 juta km2 sedangkan luas wilayah perairan mencapai 6,32 juta km2.

Dengan lanskap seperti itu, tak pelak Indonesia memiliki potensi kekayaan sumber daya laut yang luar biasa, khususnya di sektor perikanan termasuk wisata bahari, budi daya, tambak, dsb

2.Faktor cuaca buruk merupakan permasalahan yang seringkali dianggap sebagai penyebab utama terkendalanya point 1 diatas

Salah satunya karena Karakteristik perairan dan laut kita baik sisi utara dan Selatan masih sulit diajak ‘berteman. Baik kemudian munculnya badai, gelombang yang tinggi yang dipengaruhi oleh musim, arus yang besar, atau kabut yang mengakibatkan jarak pandang yang terbatas. Maka tidak sedikit pula mengakibatkan korban yang tidak sedikit akibat ‘Rob, air laut masuk daratan.

3. Pemecah gelombang atau pemecah ombak (Breakwater) pun dianggap sebagai solusi. Satu prasanana yang dibangun untuk memecahkan ombak / gelombang, dengan menyerap sebagian energi gelombang sekaligus penahan Rob air laut Dan penahan abrasi yang menggerus garis pantai.

4. Breakwater pun menjadi sahabat banyak pengelola pelabuhan dalam ‘menenangkan gelombang sehingga kapal-kapal segala jenis dapat merapat dipelabuhan dengan lebih aman, mudah dan cepat

5. Pemecah gelombang harus didesain sedemikian sehingga arus laut tidak menyebabkan pendangkalan karena pasir yang ikut dalam arus mengendap di kolam pelabuhan. Bila hal ini terjadi maka pelabuhan perlu dikeruk secara reguler.

Sampai sini diskusi terhenti, kami sama-sama menyeruput kopi panas pasca buka puasa. ‘Srupuut, ‘Endaang!

Salah satu contoh yang berhasil dan masih aktual, kata Tgk.Raju adalah Pembangunan proyek Tanggul Pemecah Ombak (TPO) tahap kedua di pantai Mampie, Kabupaten Polman, Sulawesi Tengah yang mulai dikerjakan akhir Oktober 2019 lalu karena abrasi ini menghabiskan anggaran sekitar Rp.7,4 milyar dalam waktu kerja 300 hari.

Pemwcah ombak ini menggunakan batu gajah, pinggirnya baru batu kecil. Apakah juga digunakan batu breaker ini tidak penting.

Yang jelas metode atau cara yang digunakan oleh pelaksana proyek, sebagai pengancing dan pengunci supaya bangunannya kuat dan padat dengan batu kecil Itu sudah tepat. “Solusi yang ditawarkan sederhana karena
adanya pembatasan penggunaan batu gelondongan untuk menghindari banyak ruang kosong.Maka disertakan batu kecil atau batu pecah. Yang juga katanya materialnya didapat dari daerah sekitar. “Iya kalau tidak salah berasal dari Sekka-sekka, Kecamatan Mapilli, dekat proyek Itu. Berarti ada pemberdayaan masyarakat lokal ya, selain batu tentunya memerlukan banyak tanah untuk finalisasi kerja dimana akan bisa dilalui kendaraan bermotor,dsb. Saat ini sedang saya gencarkan konsep breakwater ini kepada teman YKIM didaerah, Inshaa Allah pasca Covid 19 akan banyak terealisasi”, kata Tgk.Raju.

“Bang, jika diminta bantu pembuatan breakwater disatu tempat, apa YKIM bisa?”, Tanya Wawan. Tgk.Raju menjawab, “Inshaa Allah kami siap bantu”. Wawan gembira, berjingkrak, hingga jatuh dari kursinya. ‘Braakk..!!
(PpRief/Wan/RL) – Foto.TylerKulpers

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed