by

Batang dari ‘Jin Buang Anak’, Bakal Jadi Pusat Pabrik Dunia

-Ekonomi-652 views

Jakarta, – Sorotperadilan.com l Kabupaten Batang terletak di bagian utara Provinsi Jawa Tengah, dahulu kala identik dengan Alas Roban yang terkenal akan keangkerannya sebagai ‘jin buang anak’.

Alas Roban merupakan jalur tanjakan curam dan membelah hutan yang terletak di Kabupaten Batang. Jalur ini terkenal karena banyaknya cerita dan pengalaman mistis para pengendara yang melintasi jalur yang menghubungkan Batang dengan Semarang tersebut.

Namun di era pemerintahan Presiden Jokowi Jilid 2 ini, Batang rencananya akan disulap menjadi sebuah kawasan industri terpadu di Kecamatan Gringsing yang siap menampung , Jepang, Korea. Presiden Jokowi sempat menyebut nama LG dari Korea.

Pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) di dunia telah membuat rantai pasok global terdisrupsi. Semua yang terlalu bergantung pada China harus merasakan akibatnya ketika Negeri Panda harus terkurung dalam lockdown selama kurang lebih dua bulan.

Semenjak kejadian itu, banyak perusahaan dan pabrik yang tidak ingin menggantungkan nasibnya pada China saja. Mulai ada yang melakukan relokasi ke berbagai tempat lain. Jelas ini menjadi kesempatan bagi Indonesia yang sedang ingin menggenjot investasi.

Menteri Koordinator Maritim dan Investasi (Marves) Luhut Binsar Panjaitan melobi sana-sini agar ada yang mau relokasi pabriknya ke Indonesia.

Kawasan industri pun disiapkan. Awalnya Brebes, kini Batang. Harapannya pembangunan kawasan industri Batang ini digunakan untuk menampung relokasi pabrik-pabrik asal Amerika Serikat (AS), China, Jepang hingga Korea Selatan.

Menteri BUMN Erick Thohir langsung memerintahkan perusahaan-perusahaan pelat merah untuk membantu mengubah Batang menjadi kawasan industri yang layak untuk relokasi pabrik kelas dunia.

Setidaknya akan ada enam perusahaan milik negara yang terlibat dalam pengembangan Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang tersebut. Perusahaan-perusahaan tersebut antara lain PTPN III (untuk pembebasan lahan), PT Jasa Marga Tbk dan PT KAI (untuk transportasi), PT PLN (penyediaan listrik), PTPN IX (fasilitasi lahan) hingga PT PP dan PT KIW untuk pengembangan master plan.

Erick pun menuturkan alasannya mengapa Batang dipilih sebagai kawasan untuk perindustrian. “Kita ketahui lokasi yang prima dan memang ini merupakan satu kepemilikan di bawah PTPN IX. Jadi tidak ada isu relokasi atau mandeknya perizinan,” kata Erick Thohir di Batang, Selasa (30/6).

Pengembangan kawasan Batang dilaksanakan tiga fase, fase pertama 450 hektare, dan sudah siap nanti tinggal akses jalan tol dilakukan. Pihak kementerian PUPR akan mendukung dalam memasok fasilitas air, PLN akan memasok listrik, dan Pertamina memasok gas.

Lantas seperti apa kondisi Batang sebenarnya? Mari tengok!

Mengenal Batang

Kabupaten Batang terletak di jalur pantura Jawa Tengah. Luasnya mencapai lebih dari 78 ribu hektare dan dihuni oleh lebih dari 700 ribu jiwa. Di sebelah barat, Batang berbatasan langsung dengan Kabupaten dan Kota Pekalongan.

Di bagian timur Batang berbatasan langsung dengan Kendal, sementara di sebelah selatan, Batang diapit oleh dua kabupaten yakni Banjarnegara dan juga Wonosobo.

Sejak 2015-2019, pertumbuhan ekonomi (PDRB) Kabupaten Batang berada di atas 5%. Sektor yang memiliki kontribusi terbesar terhadap perekonomian Batang adalah industri pengolahan, pertanian, kehutanan dan pertanian serta perdagangan besar. Ketiga sektor tersebut menyumbang 68% dari total PDRB Batang.

Dari sektor industri, Kabupaten Batang juga bergantung pada sektor tekstil seperti halnya Kabupaten Pekalongan. Banyak tenaga kerja yang terserap di sektor ini.
Di sektor lainnya Batang juga dikenal dengan adanya Batching Plant untuk pembuatan Beton milik perusahaan BUMN terkemuka yakni PT Waskita Karya Tbk dan PT Waskita Beton Precast Tbk yang terletak di Kecamatan Tulis dan Kandeman.

Sementara lokasi Batang yang berbatasan langsung dengan laut di sebelah utara dan dataran tinggi di sebelah selatan memang cocok untuk industri agrikultur dan perikanan. Wajar saja jika sektor ini juga turut menggerakkan roda perekonomian Batang.

Lokasi Batang yang strategis terletak di jalur pantura serta dilalui tol Trans Jawa memang menjadi daya tarik tersendiri untuk dijadikan sebagai kawasan industri. Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan bahwa antara kawasan industri Brebes dan Batang nantinya harus terjadi sinergi.

Tak sampai di situ saja, Batang juga memiliki PLTU terbesar di Indonesia yang berkapasitas 2 x 1.000 megawatt. PLTU Batang yang dibangun oleh Special Purpose Vehicle (SPV) PT Bhimasena Power Indonesia yang beranggotakan J-POWER (34%), Adaro (34%), dan Itochu (32%) yang menelan investasi hingga Rp 56,7 triliun ini dikabarkan akan mengkonsumsi lebih dari 600 ribu ton batu bara dan menyerap lebih dari 6.000 tenaga kerja.

Keberadaan PLTU ini juga menambah keunggulan bagi Batang jika ingin disulap untuk menjadi kawasan industri. Maklum selain pembebasan lahan, akses terhadap listrik juga menjadi poin penting yang dipertimbangkan oleh investor asing ketika menanamkan modalnya ke Indonesia.

Meski tampaknya mentereng, Pemerintah masih punya PR besar jika ingin menyulap Batang menjadi kawasan industri terpadu.

Pemerintah harus benar-benar memastikan bahwa dampak ekonominya akan benar-benar terasa oleh masyarakat sekitar, melalui serapan tenaga kerja yang lebih baik, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan yang lebih baik hingga tata kelola kota atau wilayah yang memperhatikan prinsip keberlanjutan.

Poin-poin tersebut merupakan hal yang harus diperhatikan betul oleh pemerintah sehingga antara masyarakat, investor hingga daerah sama-sama mendapatkan dampak positifnya.(Max/doc.sekneg)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed