Bogor,–Sorotperadilan.com l Seluler berdering (Selasa,16/6) saya pun ‘terjebak’ dalam conference – phone yang didalamnya sudah ada 3 Relawan yang mengaku ‘cantik dan 1 Relawan yang mengaku ‘ganteng. Merekalah Ani Gartini ‘Neng, Hernie C.Monteiro, Rahmawati dan Wawan Kurniawan.
Dari diskusi tentang Perkembangan Kasus Oma Koesno (istri alm.Serma. CPM. Raden Koesno, Ajudan Pribadi Bung Karno) yang telah mendapat atensi Presiden Jokowi melalui KaStaf Presiden RI sebagaimana surat kami No.01-Pri/Juni/Koesno/2020 Tanggal 6/6/ 2020 yang telah kami antar langsung ke KSP Lalu. Kemudian diskusi Mengarah atas semakin menaiknya jumlah positip Covid 19 yang telah tembus diatas angka 42.000 orang, hingga kemudian diskusi tentang Dokter Reisa yang kini sedang viral.
Kemunculan Dokter Reisa Broto Asmoro sebagai Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Nasional Covid 19 cukup membuat publik ‘nyaman, wajah cantik yang kini kerap muncul di media seolah menghapus lelah karena Covid 19
“Jendral Doni Monardo selaku kepala Satgas Covid 19/BNPB cukup cerdas menggunakan Dokter Reisa sebagai icon, tidak hanya menguntungkan publik pria tetapi kaum emak – emak dan millennial pun seolah mendapat info utuh tentang Covid 19”, buka Ani Gartini alias Neng.
“Iya teh, melalui Dokter Reisa ini seolah ganasnya Covid 19 menjadi sesuatu yang nyantai, pemahaman dan sosialisasi protokol kesehatan pun menjadi mudah ditangkap, supaya Adil seharusnya Dokter cantik ini ditemani Dokter Ganteng, Dr. Aditya Surya Pratama. Emak – emak memanggilnya ‘Oppa Korea’, maklum dia juga juara model Star Steen 2013. Apalagi orang Sunda, orang Bogor so Kota hujan”, selak Hernie.
“iiiyy bener pisan teh, Dokter Bogor kelahiran 3 Mei 1995 yang juga jago mengaji, Hidup Bogor !”, kata Wawan yang juga asli Kota Bogor.
“Heeyyy, mulai rusuh deh. Yang jelas bagaimana Dokter Reisa mampu lagi meng-edukasi masyarakat tetap waspada dalam beraktifitas, terus lagi gencarkan program ‘berjemur pagi Hari yang mulai dilupakan. Khususnya untuk para IBU, remaja Putri dan lansia. Sejak sibuk mudik, berjemur ini mulai dilupakan. Padahal Itu dianjurkan bagi kesehatan bukan Hanya saat pandemic Covid 19, namun menjadi program Nasional seharusnya “, kata Rahmawati.
Kemudian diskusi ini pun mengalir begitu saja, Saya mencatat beberapa hal, yaitu :
1.Protokol kesehatan pemerintah jangan ditawar, setiap individu harus melakukannya secara aman untuk mencegah penularan Covid-19.
Khususnya bagi masyarakat yang bekerja di tempat kerja atau di ruang publik yang memiliki risiko terpapar virus SARS-CoV-2.
2.Potensi risiko ini yang harus dihilangkan dengan upaya pencegahan baik untuk diri sendiri dan anggota keluarga di rumah.
3.Pentingnya melakukan panduan kesehatan untuk tetap aman COVID-19 dan produktif.
Tak hanya memperhatikan pencegahan saat berada di luar maupun di tempat kerja, upaya agar tak tertular harus diterapkan sebelum masuk ke dalam rumah usai beraktifitas diluar rumah dengan cuci tangan, bilas dsb.
Juga menjemur semua pakaian, alas kaki, helm, masker, sarung tangan, dsb atau dijauhkan dari tempat anak anak Dan lansia.
4.Kalau pun melakukan kegiatan diluar rumah hendaknya dengan jaga jarak fisik minimal 1 – 2 meter.
Dan pastikan tempat kerja atau kantor kita memiliki ventilasi yang baik.
Bersihkan kipas, hexosvan, dan AC secara rutin.
Masker dan hand sanitizer jangan dilalaikan
5.Saat batuk, seseorang harus menerapkan etika batuk dan bersin. Jangan batuk disaat pakai Masker, bisa dilengan stay sapu-tangan steril yang jika sudah sampai rumah dibilas sabun kembali. Demikian dilakukan setiap harinya.
6.Hindari keluar rumah sejak sore sampai malam, selain karena tidak ada sinar matahari yang mampu membakar virus Covid 19 juga demi pengamanan fisik seseorang.
“Hidup Dokter Reisa Cantik !”, kata Wawan.
“Hidup Dokter Aditya Ganteng !”, jawab emak – emak rempong bersahutan.
Saya pun menutup seluler, demi kenyamanan telinga. ‘Cuss (PpRief/Wan/Neng/RL/Hernie)
About The Author
Comment