Bogor,–Sorotperadilan.com l Jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Kota Bogor cenderung bertambah. Untuk itu, Pemkot Bogor menghadirkan pasukan khusus bernama Detektif Covid yang merupakan akronim dari Deteksi Aktif Covid . Tim berjenjang dari tingkat Kecamatan, Kelurahan hingga RW ini diterjunkan untuk memperkuat tenaga pelacakan dan pemantauan yang diharapkan mampu mengendalikan penyebaran virus tersebut.
Detektif Covid pun diluncurkan Wali Kota Bogor Bima Arya melalui saluran video conference yang diikuti oleh seluruh Tim Lacak dan Tim Pantau di wilayah.
“Persoalan terbesar Covid-19 ini adalah kemampuan untuk mendeteksi. Karena virus ini tidak terlihat. Ketika kita lemah mendeteksi, penyebaran akan semakin cepat. Jadi kunci utama kita mendeteksi secara dini. Yang kedua, mendeteksi secara aktif kemungkinan penularannya,” ungkap Bima.
Menurut Bima, Detektif Covid ini bukan sekedar pasukan, melainkan sebuah sistem. “Sistem ini harus aktif, tidak bisa pasif, tidak bisa kita hanya menunggu ketika orang sakit kemudian di cek, di swab. Kita harus proaktif. Makanya disebut deteksi aktif (detektif). Sejauh ini kita sudah mengaktivasi RW Siaga. Karena itu dengan Detektif Covid ini, diatur lebih rapi dalam dua hal. Pertama adalah jalur koordinasinya dan kedua tupoksinya diperjelas,” jelasnya.
Dalam Detektif Covid, terdiri dari dua unit tim yang bergerak di lapangan, yakni Tim Lacak dan Tim Pantau. Tim Lacak berjumlah 340 orang di tingkat kelurahan dan 30 orang di tingkat kecamatan. Sementara Tim Pantau berjumlah 797 orang di tingkat RW dan dibantu tim dari Puskesmas. Sehingga total ada 1.167 pasukan yang bergerak di wilayah se-Kota Bogor.
Bima menjelaskan, tugas Tim Lacak adalah melakukan pelacakan kasus konfirmasi positif, melakukan assessment kemampuan isolasi mandiri di rumah, memfasilitasi rujukan penderita Covid, memfasilitasi rumah isolasi untuk ODP dan OTG.
Sedangkan tugas Tim Pantau adalah melakukan pemantauan keluhan kesehatan warga ODP dan OTG yang isolasi mandiri di rumah, memantau disiplin warga yang ODP dan OTG serta melaporkan perkembangan kepada petugas surveilans Puskesmas dan RW Siaga.
“Jalur koordinasi itu diatur lebih rapi lagi. Mulai orang itu diketahui hasil laboratoriumnya terkonfirmasi positif, itu harus apa yang dilakukan. Setelah itu diaktivasi Tim Lacak. Tim lacak ini melakukan pendalaman sehingga dari satu yang positif itu bisa dikembangkan sejumlah ODP dalam dua kali 24 jam. Begitu satu orang positif, maksimal kita harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin ODP, sedetail mungkin,” beber Bima.
“Begitu dapat ODP, dialihkan ke Tim Pantau. Tim Pantau inilah yang melacak tim ODP selama 14 hari dengan prosedur yang ditetapkan. Dan semuanya dimasukan ke data aplikasi. Jadi data ODP, OTG dan positif itu di input. Kita membangun sistem di sini,” tambahnya.
Terkait kelembagaan Detektif Covid, untuk Tim Lacak tingkat kecamatan terdiri dari Kecamatan, Korwil Puskesmas, Koramil, Polsek dan unsur Masyarakat. Untuk Tim Lacak tingkat kelurahan terdiri dari Kelurahan, Korwil Puskesmas, Babinsa, Bhabinkamtibmas dan unsur masyarakat. Sementara Tim Pantau terdiri dari kader RW Siaga.
Menurut Bima, strategi yang dinilai dalam menghadapi Covid ini adalah melakukan mitigasi infeksi, tes masif, dan memastikan protokol kesehatan diterapkan di masyarakat. “Strategi yang paling efektif sekarang adalah melakukan pelacakan semaksimal mungkin. Jadi lebih baik ketahuan (positif Covid-19) daripada tidak ketahuan. Kita kan bukan sedang mengutak-atik angka. Kita ingin menyelamatkan manusia. Kalau utak-atik angka seperti itu ya tidak usah kita melakukan apa-apa, tidak usah swab, pasti angkanya akan rendah terus. Tapi nanti orang yang meninggal semakin banyak,” tandasnya. (Rifani)
Comment