by

“NGOPI COVID 19 BOGOR JILID-3”, SUKARNO, JF.KENNEDY & IRIAN BARAT 1969

Bogor,-Sorotperadilan.com l Teman, rubrik Ngopi kali ini ingin memuaskan keinginan seorang pembaca bernama Rinaldo M.Tobing, pengusaha muda bidang MICE Nasional Dan internasional, yang juga sesepuh dari ASPERAPI – Asosiasi Perusahaan Pameran Seluruh Indonesia. Dimana beliau meminta selain membahas tentang Covid 19, tidak Salah jika rubrik Ngopi ini ‘sesekali atau dua kali mengulas profile Presiden Ir.Sukarno dari ‘angle yang berbeda.

Maka inilah persembahan kami untuk beliau Dan pembaca setia lainnya, check it dot.

Teman,
Presiden Sukarno paham jika JF.Kennedy, Presiden Amerika saat Itu ‘galau mengenai harus bersikap apa dan bagaimana atas keinginan Sukarno membebaskan Irian Barat (Papua), Karena disatu pihak AS harus memahami sekutunya yang menolak maka untuk membicarakannya, Sukarno pun diundang datang pada 24 April 1961 ke Amerika Serikat.

Dan ‘Si Singa Podium ini pun datang di hari yang diminta sahabatnya itu, beliau tiba pukul 10 pagi, ditemani Wakil Perdana Menteri Pertama Johanes Leimena, Menteri Luar Negeri Subandrio, dan Duta Besar Zairin Zain.

Setibanya pesawat di AS, JF.Kennedy langsung menyambut ditangga pesawat disertai upacara kehormatan, kemudian mereka pun menuju Gedung Putih, Washington DC.

Kennedy mempersilahkan Sukarno untuk beristirahat disebuah ruangan yang telah disediakan. Namun Sukarno meminta agar langsung rapat. “Saya belum bisa istirahat jika kita belum tuntaskan tentang sikap AS terhadap rencana kami membebaskan Irian Barat”, jawab Sukarno.

Kennedy tersenyum dan memahami sahabatnya ini

Mereka pun melakukan diskusi, dan baru kali ini Kennedy merasakan bahwa sahabatnya selama diskusi ini tidak lagi penuh senyum dan ramah sebagaimana biasanya. Semua materi diskusi tercatat dalam Nota percakapan sebagaimana arsip Foreign Relations of the United States, 1961-1963, Volume XXIII: Southeast Asia, dokumen nomor 172.

“Mengapa Anda menginginkan Irian Barat?” tanya Kennedy sembari menjelaskan bahwa orang Papua yang ber-ras Melanesia berbeda dengan orang Indonesia pada umumnya yaitu Melayu Mongoloid. Kennedy juga mengingatkan uang yang dikeluarkan oleh Belanda untuk mengelola wilayah tersebut lebih banyak daripada hasil yang didapatkan.

“Wilayah itu adalah bagian dari negara kami; Irian Barat harus segera dilepaskan,” ujar Sukarno.

“Tetapi, orang Papua itu dari ras yang berbeda,” sanggah Kennedy.

Sukarno membalasnya dengan mengurai analogi. “Apakah rakyat Amerika semuanya ras kulit putih?” tanya Sukarno. “Sebuah bangsa bukan sekedar masalah ras atau warna kulit.” Sebagaimana orang-orang kulit hitam dan berwarna lainnya di Amerika, Sukarno menjelaskan maksudnya bahwa Indonesia terdiri dari bermacam-macam ras. Akar budaya dan sejarah Irian Barat banyak dipengaruhi dari Maluku.

“Mengapa Anda sangat menginginkan wilayah ini?” Kennedy kembali bertanya.

“Karena wilayah ini adalah bagian dari bangsa kami,” tegas Sukarno. “Orang Dayak dari Kalimantan juga terbelakang mirip dengan orang Papua di Irian Barat. Hawaii adalah bagian dari Amerika tetapi orang Hawaii berbeda ras dengan orang Amerika kebanyakan. Orang Papua? Ya. Mereka pun ras yang berbeda dan begitu pula orang Dayak. Tetapi orang Dayak senang menjadi bagian dari Indonesia.”

JLeebb, ..mengenai dijantung Kennedy, dia pun merangkul Sukarno. Dan barulah Kennedy melihat senyum sahabatnya dari balik ‘gigi gingsulnya. Ahay.

Sepulang Sukarno, Kennedy langsung menyiapkan paket bantuan ekonomi kepada Indonesia sebesar 18 juta dolar AS untuk mengalihkan kedekatan Sukarno dengan Uni Soviet Dan disisi lain, AS menekan Belanda agar bersedia berembug dengan Indonesia untuk membicarakan status wilayah Papua bagian barat. Jika tidak, Kennedy mengancam akan menghentikan bantuan AS kepada Belanda.

Kennedy juga mendorong pelaksanaan Perjanjian New York 1962, dimana intinya Belanda harus menyerahkan Papua bagian barat kepada Indonesia selambat-lambatnya tanggal 1 Mei 1963.

Termasuk mendorong United Nations Temporary Executive Authority (UNTEA) yang dibentuk Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) untuk mengawal Perjanjian itu. Selain itu, Kennedy ‘memaksa’ Belanda harus segera menarik pasukannya dari Irian Barat. Sementara pasukan Indonesia diperbolehkan bertahan namun di bawah koordinasi UNTEA.

Kennedy yang belum berusia 2 tahun sebagai Presiden AS memang menjadi ‘super-sibuk melayani Sukarno untuk hal ini.

Apalagi AS ‘cemburu karena Sukarno mendapatkan pinjaman dari Uni Sovyet (Rusia) sebesar 250 juta dolar AS kepada Indonesia jauh hari sebelum Kennedy menjadi Presiden.

Pinjaman Uni Sovyet diberikan sekitar Januari 1960, langsung disampaikan Presiden Nikita Khrushchev yang berkunjung ke Jakarta.

Bahkan, setahun berselang, saat utusan Indonesia berkunjung ke Moskow, Uni Sovyet menambahkan pinjaman 450 juta dolar AS untuk membeli persenjataan dari Soviet dalam rangka Pembebasan Irian Barat-nya Sukarno.

Setelah melalui perjalanan panjang akhirnya pada tahun 1969, diselenggarakan Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) yang diatur oleh Jenderal Sarwo Edhi Wibowo. Yang diawasi PBB, yang hasilnya kemudian Papua pun bergabung dengan Indonesia, kalau pun muncul pro-kontra.

Walaupun demikian, Amerika Serikat, yang tidak ingin Indonesia bergabung dengan pihak komunis Uni Soviet, mendukung hasil ini, dan Irian Barat menjadi provinsi ke-26 Indonesia, dengan nama Irian Jaya.

Sukarno memang tiada duanya, Alfatihah untuk beliau, Aamiin YRA. (PpRief/Asep/Saprudin/Wan/MaxDy/RL)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed