BANDUNG,–Sorotperadilan.com l ada yang terlupa teman, kemarin (Rabu,3/6) saya bertemu Darso-34 thn penjaja perbaikan sol spatu keliling menggantikan ayahnya Rumin -57 thn yang sedang kena ‘lockdown di sebuah Desa sisi Kali Angke, Kabupaten Bogor.
“Iya Kang bapak nggak bisa lagi ke Bandung, insha Allah kalau sudah aman Corona akan balik lagi kesini”, kata Darso yang sebetulnya berprofesi sebagai pekerja pabrik di Cimahi,Jawa Barat.
Sejak Sebelum Ramadhan kemarin, Dia, istri dan 2 anaknya pun tidak bisa pulang kampung karena kena ‘lockdown juga. Untung dia pernah belajar dari bapaknya bagaimana berprofesi sebagai tukang sol spatu sehingga saat ‘off sebulan ini dia memakai semua ‘ewuipment sang bapak sebagai tukang sol spatu. Namun dukanya saat Corona ini banyak hansip dan Satpam perumahan yang melarangnya masuk, termasuk tukang – tukang lain seperti tukang loak, pemulung dsb dengan alasan takut menyebarkan Covid 19.
Dari ngobrol lain sambil menanti sol beres dan adzan sholat Dhuhur, kami pun akhirnya ceritera tentang gosip adanya hantu rombongan ronggeng dikawasan Dam (bendungan) Mas Yono Desa Curug, Kecamatan Gunungsindur, Bogor.
“Agh, itumah ceritera orang tua saja Kang, yang intinya ‘melarang’ anak-anak saat Itu untuk bermain sekitar dam apalagi kalau musim hujan, airnya suka ‘caah (bandang), saya mah nggak percaya kang, tahayul”, jawabnya ringan sambil terus ‘ngesol.
Setelah didesak terus, akhirnya dia mau juga berbagai tahayul itu, ahahah..
Check it dot, nama Bendungan Mas Yono sebenarnya hanya sebutan warga. Di data Kementerian Pekerjaan Umum, nama sebenarnya adalah Setu Curug.
Tapi warga sekitar memang lebih akrab dengan nama Bendungan ‘Mas Yono’, nama yang diambil dari laki-laki pembuat batu-bata merah disana jauh sebelum tahun 1920-an. Yang kemudian diminta Belanda sebagai mandor untuk mengerjakan dam Itu.
Namun ada versi lain yang beredar, bahwa Mas Yono’ adalah seorang arsitek Jawa yang didatangkan Belanda kemudian memilih tinggal di Desa Curug.
Mas Yono di dua versi itu tetap menikah dengan Perempuan Desa sana bernama Nyai Masalim dan dikaruniai tiga anak.
Pekerjaan dam Itu demikian berat karena Belanda berharap kelak akan mengairi 500 hektar sawah yang berada di bawah Desa Curug. Diantaranya 150 hektar sawah di Desa Pengasinan, 150 hektar sawah di Desa Rawakalong, 150 hektar di Desa Pasar Jengkol dan 50 hektar di Desa Curug.
Dalam ceritera yang berkembang, Mas Yono meminta syarat disediakan tumbal kepala orang, Belanda pun dibuat bingung. Ada versi yang mengatakan karena Belanda tidak mau, Mas Yono dan para pekerjanya mendundurkan diri. Sehingga digantikan orang lain, namun dengan syarat yang sama, minta tumbal kepala orang.
“Maklum Kang ceritera dulu, kadang-kala suka diselipin mistis, jadi aneh aja buat saya mah”, sanggahnya sambil menyerahkan satu spatu yang sudah disol.
Kemudian berlanjut, karena Belanda dikejar target maka atas ide orang itu dibuatkanlah kubangan seluas 100-an meter persegi, ketinggian diatas 5-10 meter, dicor semen bawah dan semua sisinya. “Seperti Bak Mandi raksasa”, kata dia lagi
Entah bagaimana awalnya, setelah beres dibangun, Belanda meminta rombongan ronggeng atraksi disana, namun ada versi lain yang mengatakan Itu rombongan kesenian topeng dari perbatasan Jakarta.
Mereka pun melakukan atraksi tengah malam dengan sekitar 20-an orang ada dalam Bak Itu. Kemudian dengan kejinya Belanda mengubur mereka hidup2 dan mengecornya dengan semen padat. Mereka pun tewas.
“Nah dari situlah kemudian muncul mistis penampakan para rombongan dan sinden Itu, apalagi malam Jumat kliwon. Dan sejak Itu pula setiap pejalan kaki yang lewat sana wajib melempar uang logam atau rokok menyala, bahkan pengendara motor pun wajib menyalakan lampu dan membunyikan klakson panjang sebagai tanda permisi. Kalau pun saya ‘nggak pernah dengar ada kecelakaan atau apa gitu kalau kita tidak permisi, tapibsaya nggak Tau ya Kang. Yang jelas, saya lebih takut kepada Allah Kang, daripada yang gituan”, tutupnya sambil menyerahkan spatu yang kedua, setelah menerima upahnya kemudian Darso pamit melanjutkan ‘jihadnya mencari nafkah sebagai suami, ayah dan kepala rumah – tangga.
“sooolllll …spatu,… Sooolllll…spatu..!!”, teriaknya berulang kali dan menghilang disudut gang rumah. ‘Subhanallah.. (PpRief/Wan/RL) – Foto.ilustrasi/is
Comment